BAB I : PENDAHULUAN
Sejak
permulaan sejarah orang bertanya dalam hati, bagaimana kehidupan muncul pertama
kali. Pada suatu waktu kebanyakan orang percaya bahwa kehidupan di muka bumi
ini diciptakan. Sebagian orang percaya hal itu, tetapi anggapan para ilmuwan
adalah sebaliknya. Mereka percaya bahwa bentuk kehidupan pertama sangat
sederhana. Sebelum datangnya ilmu pengetahuan, orang mengandalkan
kejadian-kejadian supernatural untuk menerangkan asal-usul kehidupan. Mengenai
hal ini orang percaya pada iman. Mereka tidak dapat diteliti oleh percobaan.
Fenomena
mengenai asal-usul kehidupan menjadi bahan pemikiran para ilmuwan. Mereka
memecahkan teka-teki tersebut dengan berbagi eksperiment. Tujuannya untuk
mengetahui lebih jelas teori yang mendukung asal-usul kehidupan dan mahluk
hidup, bagaimana kehidupan dimuka bumi ini, pertama kali terjadi.
Berikut
ini dijelaskan beberapa teori-teori tentang asal-usul kehidupan.
BAB II :
PEMBAHASAN
Macam-macam teori asal-usul
kehidupan:
1. Teori Kreasi khas
“mahluk hidup berasal dari zat
supranatural”
2. Teori Abiogenesis
“Mahluk
hidup berasal dari benda mati”
3.
Teori Biogenesis
“Mahluk hidup berasal dari mahluk
hidup”
4.
Teori Kosmozoan
“Mahluk hidup berasal dari
benda-benda langgit”
5.
Teori keadaan mantap
“Mahluk hidup tidak berasal-usul”
6. Teori Neo Abiogenesis
1). Teori Abiogenesis Tokohnya: Aristoteles
“mahluk hidup berasal
dari zat supranatural”
2). Teori Biogenesis Tokohnya: Fransisco Ready, Lazzaro
Spalanzany, Louis Pasteur
Tujuan teori ini adalah untuk menggugurkan
teori abiogenesis,
Kesimpulannya:
1.
“Omne vivum ex ovo” mahluk hidup
berasal dari telur
2.
“Omne ovum ex vivo” telur berasal
dari mahluk hidup
3.
“Omne vivum ex vivo” mahluk hidup
berasal dari mahluk hidup lainnya.
Teori
Neo abiogenesis Tokohnya: Alexander Oparin. Harold Urey, Stanley Miller
Teori Abiogenesis
Tokoh
teori abiogenesis adalah Aristoteles (384 – 322 SM).
Dia
adalah seorang filosof dan tokoh ilmu pengetahuan Yunani kuno.
Teori
abiogenesis ini menyatakan bahwa mahluk hidup yang pertama kali menghuni bumi
ini berasal dari benda mati.
Sebenarnya
Aristoteles mengetahui bahwa telur-telur ikan apabila menetas akan menjadi ikan
yang sifatnya sama seperti induknya. Walau demikian Aristoteles berkeyakinan
bahwa ada ikan yang berasal dari lumpur.
Bagaimana
cara terbentuknya mahluk tersebut?
Menurut
pengannut paham Abiogenesis, mahluk hidup tersebut terjadi begitu saja atau
secara spontan. Oleh sebab itu paham atau teori abiogenesis ini disebut juga
paham generation spontaneae.
Jadi
kalau pengertian abiogenesis dan generation spontaneae, kita gabungkan, maka pendapat
paham tersebut adalah mahluk hidup yang pertama kali di bumi tersebut dari
benda mati / tak hidup yang terjadi secara spontan, misalnya :
1. Ikan dan katak yang berasal dari
lumpur
2. Cacing berasal dari tanah, dan
3. Belatung berasal dari daging yang
membusuk.
Paham
abiogenesis berlangsung cukup lama yaitu semenjak zaman Yunani kuno (ratusan
tahun sebelum masehi) hingga pertengahan abad ke-17.
Pada
pertengahan abad ke-17, Antonie Van Leeuwenhoek menemukan mikroskop sederhana
yang dapat digunakan untuk mengamati benda-benda aneh yang amat kecil yang
terdapat pada setetes air rendaman jerami. Oleh para pendukung paham
abiogenesis, hasil pengamatan Antonie Van Leeuwenhoek ini seolah-olah
memperkuat pendapat mereka.
Teori Biogenesis
Walaupun
bertahan selama ratusan tahun, tidak semua orang membenarkan paham abiogenesis.
Orang-orang yang ragu terhadap kebenaran paham abiogenesis tersebut terus
mengadakan penelitian memecahkan maslah tentang asal-usul kehidupan.
Orang-orang yang tidak puas terhadap pandangan Abiogenesis itu antara lain
Fransesco Redi (Italia, 1626 - 1799) dan Louis Pasteur (Prancis, 1822 - 1895).
Berdasarkan hasil penelitian dari tokoh-tokoh ini, akhirnya paham Abiogenesis /
generation spontaneae menjadi pudar karena paham tersebut tidak dapat
dipertanggung jawabkan kebenarannya.
a. Percobaan Fransesco Redi
Untuk
menjawab keragu-raguannya terhadap paham abiogenesis, Fransesco Redi mengadakan
percobaan. Pada percobaannya Redi menggunakan bahan tiga kerat daging dan tiga
toples, selengpaknya:
Stoples
I diisi dengan kerat daging dan ditutup rapat-rapat. Stoples II diisi dengan
sekerat daging dan dibiarkan tetap terbuka. Stoples III diisi dengan sekerat
daging dan dibiarkan tetap terbuka. Selanjutnya ketiga stoples tersebut
diletakkan pada tempat yang aman. Setelah beberap hari, keadaan daging dalam
ketiga stoples tersebut diamati.
Stoples
I : daging tidak busuk dan pada daging ini tidak ditemukan jentik/larva atau
belatung lalat. Stoples II : daging tampak membusuk dan didalamnya ditemukan
banyak larva atau belatung lalat.
Berdasarkan
hasil percobaan tersebut, Fransesco Redi menyimpulkan bahwa larva atau belatung
yang terdapat dalam daging busuk di stoples II dan III bukan terbentuk dari
daging yang membusuk, tetapi berasal dari telur lalat yang ditinggal pada
daging ini ketika lalat tersebut hinggap disitu. Hal ini akan lebih jelas lagi,
apabila melihat keadaan pada stoples II, yang tertutup kain kasa. Pada kain
kasa penutupnya ditemukan lebih banyak belatung. Tetapi pada dagingnya yang
membusuk belatung relative membusuk.
b. Percobaan Lazzaro Spalanzany
Seperti
halnya Fransesco Redi, Spalanzany juga menyangsikan kebenaran paham
abiogenesis. Oleh karena itu, dia mengadakan percobaan yang pada prinsipnya
sama dengan percobaan Fransesco Redi, tetapi langkah percobaan Spalanzany lebih
sempurna.
Sebagai
bahan percobaanya, ia menggunakan air kaldu atau air rebusn daging dan dua buah
labu. Selengkapnya:
Labu
pertama diisi air 70cc air kaldu, kemudian dipanaskan 15 derajat celcius selama
beberapa menit dan dibiarkan tetap terbuka.
Labu
kedua diisi dengan 70cc air kaldu, ditutup rapat-rapat dengan sumbat gabus.
Pada daerah pertemuan antara gabus dengan mulut labu diolesi paraffin cair agar
rapat benar. Selanjutnya labu dipanaskan. Selanjutnya labu I dan II
didinginkan. Setelah dingin keduanya diletakkan pada tempat terbuka yang bebas
dari gangguan hewan dan orang. Setelah lebih kurang satu minggu, diadakan
pengamatan terhadap keadaan air kaldu pada kedua labu tersebut.
Hasil
percobaannya, Labu I : air kaldu mengalami perubahan, yaitu airnya menjadi
bertambah keruh dan baunya menjadi tidak enak. Setelah diteliti air kaldu pada
labu ini mengandung banyak mikroba.
Labu
II : air kaldu labu ini tidak mengalami perubahan, airnya tetap jernih seperti
semula, baunya juga tetap serta tidak mengandung mikroba. Tetapi, apabila labu
ini dibiarkan terbuka lebih lama lagi, ternyata juga banyak mengandung mikroba,
airnya berubah menjadi lebih keruh serta baunya menjadi tidak enak.
Berdasarkan
hasil percobaan tersebut, Lazzaro Spalanzany menyimpulkan bahwa mikroba yang
ada didalam kaldu tersebut bukan berasal dari air kaldu (benda mati), tetapi
berasal kehidupan diudara. Jdi, adanya pembusukan karena telah terjadi
kontaminasi mikroba dari udara kedalam air kaldu tersbut.
c. Percobaan Louis Pasteur (1822 -
1895)
Dalam
menjawab keraguannya dalam paham abiogenesis. Pasteur melaksanakan percobaan
untuk menyempurnakan percobaan Lazzaro Spalanzany. Dalam percobaanya Pasteur
menggunakan air kaldu denagn alat labu, selngkapnya:
Labu
diisi 70cc air kaldu, kemudian ditutup rapat-rapat dengan gabus. Celah antara
gabus dengan mulut labu diolesi dengan paraffin cair. Setelah itu pada gabus
tersebut dipasang pipa kaca berbentuk leher angsa. Lalu labu dipanaskan atau
disterilkan. Selanjutnya labu didinginkan dan diletakkan ditempat yang aman.
Setelah beberapa hari, keadaan air kaldu diamati. Ternyata air kaldu tersebut
tetap jernih dan tidak menggandung mikroorganisme. Kemudian dimiringkan sampai
air kaldu didalamnya mengalir kepermukaan pipa hingga bersentuhan dengan udara.
Setelah itu labu diletakkan kembali ditempat yang aman selama beberapa hari.
Kemudian keadaan air kaldu diamati lagi. Ternyata air kaldu didalam labu
menjadi busuk dan banyak mengandung mikroorganisme. Melalui pemanasan terhadap
perangkat percabaannya, seluruh mikroorganisme yang terdapat dalam air kaldu
akan mati. Dismping itu akibat lain dari pemanasdan adalah terbentuknya uap air
pada pipa kaca berbentuk leher angsa. Apabila perangkat percobaan tersebut
didinginkan, maka air pada pipa akan mengembun dan menutup lubang pipa tepat
pada bagian yang berbentuk leher. Hal ini akan menyebabkan terhambatnya
mikroorganisme yang bergentayangan diudara untuk masuk kedalam labu. Inilah
yang menyebabkan tetap jernihnya air kaldu pada labu tadi. Pada saat sebelum
pemanasan, udara bebas tetap dapat berhubungan dengan ruangan dalam labu.
Mikroorganisme yang masuk bersama udara akan mati pada saat pemanasan air
kaldu. Setelah labu dimiringkan hingga air kaldu sampai kepermukaan piapa, air
kaldu itu akan bersentuhan denagn udara bebas. Disini terjadilah kontaminasi
organism. Ketika labu dikembalikan ke posisi semula, mikroorganisme tadi ikut
terbawa masuk. Sehingga, setelah labu dibiarkan beberapa waktu, air kaldu
menjadi keruh karena adanya pembusukan melalui mikroorganisme tersebut. Dengan
demikian terbuktilah ketidakbenaran paham Abiogenesis yang menyatakan bahwa
mahluk hidup berasal dari benda mati yang terjadi secara spontan.
Berdasarkan
hasil percobaan Redi, Spalanzany, dan Pasteur tersebut, maka tumbanglah paham
Abiogenesis dan muncullah paham/teori baru tentang asal-usul mahluk hidup yang
dikenal dengan teori Biogenesis. Kesimpulannya:
1. “Omne vivum ex ovo” mahluk hidup berasal dari telur
2. “Omne ovum ex vivo” telur berasal dari mahluk hidup
3.
“Omne vivum ex vivo” mahluk hidup
berasal dari mahluk hidup lainnya.
Teori Kosmozoa
Arhenius (1911) menyatakan bahwa kehidupan pertama dimulai
dari spora-spora, kehidupan yang bersama-sama dengan partikel debu alam
disebarkan dari satu tempat ke tempat lain, dibawah pengaruh sinar matahari.
Tetapi teori ini tidak memperhitungkan adanya temperature yang begitu dingin
dan juga sangat panas dan sinar-sinar yang mematikan yang terdapat di angkasa
luar, seperti sinar kosmis, sinar ultraviolet, dan sinar infra merah.
Teori kosmozoa menerangkan bahwa kehidupan
berasal dari tempat lain di alam semesta, misalnya dari meteor yang jatuh.
Beberapa meteor memang menggandung molekul-molekul organik, namun datangnya
molekul di meteor tersebut dari luar angkasa tidak sama dengan datangnya
kehidupan. Meskipun molekul organik dapat menahan ganasnya ruang antar planet
dan perjalanan melalui atmosfer bumi. Contoh lain adalah kehidupan di bumi berasal
dari kehidupan luar angkasa. Hal tersebut diperkuat dengan hasil penelitian
dari peninggalan peradaban inca. Pada peninggalan itu terdapat pyramid yang
diatasnya terdapat hiasan tembikar dewa dan pesawat serta penggalan model tata
surya matahari yang sangat teliti. Namun teori kosmozoa sebenarnya tidak
menjawab pertanyaan mengenai asal-usul kehidupan.
Teori
Evolusi Kimia
Teori
ini menyatakan bahwa kehidupan didunia ini muncul berdasarkan hukum Fisika
Kimia.
Teori
Urey / evolusi kimia berawal dari ketidakpuasan ilmuwan terhadap apa yang
dikemukakan para tokoh teori Abiogenesis maupun Biogenesis mendorong para
ilmuwan lain untuk terus mengadakan penelitian tentang asal-usul kehidupan.
Antara pakar-pakar tersebut antara lain: Harold Urey, Stanley Miller, dan A.I.
Oparin, mereka berpendapat bahwa organisme terbentuk pertama kali di bumi
ini berupa mahluk bersel satu.
Selanjutnya mahluk tersebut mengalami evolusi menjadi berbagai jenis mahluk
hidup seperti protozoa, porifera, Coelenterata, Mollusca, dan lain-lain.
Para
pakar biologi, astronomi, dan geologi sepeakat, bahwa planet bumi ini terbentuk
kira-kira antara 4,5 – 5 miliar tahun yang lalu. Keadaan pada saat awal
terbentuknya sangat berbeda dengan keadaan saat ini. Pada saat itu suhu planet
bumi diperkirakan 4.000-8.000C. pada saat mulai mendingin, senyawa karbon serta
beberapa unsure logam mengembun membentuk inti bumi, sedangkan permukaannya
tetap gersang, tandus dan tidak datar. Karena adanya kegiatan vulkanik,
permukaan bumi yang masih lunak tersebut bergerak dan berkerut terus-menerus.
Ketika mendingin, kulit bumi tampak melipat-lipat dan pecah. Pada saat itu,
kondisi atmosfer bumi juga berbeda dengan kondisi saat ini. Gas-gas ringan
seperti Hidrogen (H2), Nitrogen (N2), Oksigen (O2), Helium (H2), dan Argon (Ar)
lepas meninggalkan bumi karena gaya gravitasi bumi tidak mampu menahannya.
Ketika suhu atmosfer turun sekitar 1000c terjadilah hujan air mendidi.
Peristiwa ini berlangsung selama ribuan tahun. Dlam keadaaan semacam ini pasti
bumi belum dihuni kehidupan. Namun kondisi semacam ini memungkinkan
berlangsungnya reaksi kimia, karena terjadinya zat (materi) dan energy yang
berlimpah.
a. Teori evolusi kima menurut Harold
Urey (1893)
Harold
Urey adalah ahli kimia berkebangsaan Amerika Serikat. Dia menyatakan bahwa pada
suatu saat atmosfer bumi kaya akan molekul zat seperti metana (CH4), Uap air
(H2O), Amonia (NH2), dan Karbondioksida (CO2) yang semuanya berbentuk uap.
Karena adanya pengaruh energy radiasi sinar kiosmis serta aliran listrik
halilintar terjadilah reaksi diantara zat-zat tersebut menghasilkan zat-zat
hidup. Menurut Urey, zat hidup yang pertama kali terbentuk mempunyai susunan
menyerupai virus saat ini. Zat hidup tersebut salama berjuta-juta tahun
mengalami perkembangan menjadi berbagai jenis mahluk hidup.
b. Eksperimen Stanley Miller
Miller
adalah murid Harold Urey yang juga tertarik terhadap masalah asal-usul
kehidupan. Didasarkan tentang informasi keadaan planet bumi saat awal
terbentuknya, yakni tentang keadaan suhu, gas-gas yang terdapat pada atmosfer
waktu itu, dia mendisain model alat laboratorium sederhana yang dapat digunakan
untuk membuktikan hipotesis Harold Urey.
Kedalam alat yang diciptakannya,
Miller memasukan gas hydrogen, metana, Amonia, dan air. Alat tersebut juga dipanasi
selama seminggu, sehingga gas-gas tersebut dapat bercampur didalamnya. Sebagaii
pengganti aliran listrik halilintar, Miller mengaliri perangkat alat tersebut
dengan loncatan listrik bertegangan tinggi. Adanya aliran listrik tegangan
tinggi tersebut menyebabkan gas-gas dalam alat Miller bereaksi membentuk suatu
zat baru. Kedalam perangkat juga dilakukan pendingin, sehingga gas-gas hasil
reaksi dapat mengembun. Pada akhir minggu, hasil pemeriksaan terhadap air yang
tertampung dalam perangkap embun dianalisis secara kosmografi. Ternyata air
tesebut menggandung senyawa organic sederhana, seperti asam amino, adenine, dan
gula sederhana seperti ribose. Eksperiment Miller ini dicoba beberapa pakar
lain, ternyata hasilnya sama. Bila dalam perangkat eksperimen tersebut
dimasukan fosfat, ternyata zat-zat yang dihasilkan mengandung ATP, yakni suatu
senyawa yang berkaitan dengan transfer energi dalam kehidupan. Eksperimen
Miller dapat memberikan petunjuk bahwa satuan-satuan kompleks didalam system
kehidupa seperti Lipida, Karbohidrat, Asam amino, Protein, Mukleotida, dan
lain-lainnya dapat terbentuk dalam kondisi Abiotik. Teori yang terus diuji
berulang kali ini diterima oleh para ilmuwan secara luas. Namun, hingga kini
masalah utama tentang assal-usul kehidupan tetap merupakan rahasia alam yang
belum terjawab. Hasil yang mereka buktikan barulah mengetahui terbentuknya
senyawa organic secara bertahap yakni dimulai dari bereaksinya gas-gas
diatmosfer purba dengan energi listrik halilintar. Selanjutnya semua senyawa tersebut
bereaksi membentuk senyawa yang lebih kompleks dan terkurung dilautan. Akhirnya
membentuk senyawa yang merupakan komponen sel.
Teori
Biologi / Naturalistik
Alexander
Oparin adalah ilmuwan Rusia. Oparin menyatakan bahwa pada suatu ketika atmosfer
bumi kaya akan senyawa uap air, CO2, CH4, NH3, dan Hidrogen. Karena adanya
energy radiasi benda-benda angkasa yang amat kuat, seperti sinar Ultraviolet,
memungkinkan senyawa-senyawa sederhana tersebut membentuk senyawa organic atau
senyawa hidrokarbon yang lebih kompleks. Proses reaksi tersebut berlangsung di
lautan. Senyawa kompleks yang mula-mula terbentuk diperkirakan senyawa seperti
Alkohol, dan senyawa asam amino yang paling sederhana. Seama berjuta-juta tahun
senyawa sederhana tersebut bereaksi membentuk senyawa yang lebih kompleks,
Gliserin, Asam organik, Purin dan Primidin. Senyawa kompleks tersebut merupakan
bahan pembentuk sel. Menurut OParin, senyawa kompleks tersebut sangat melimpah
dilautan maupun dipermukaan daratan. Adanya energy yang berlimpah misalnya
sinar Ultraviolet, dalam jangka waktu yang amat panjang memungkinkan lautan
menjadi timbunan senyawa organic yang merupakan sop purba atau sop Primodial.
Senyawa kompleks yang tertimbun membentuk sop purba dilautan tersebut
selanjutnya berkembang sehingga memiliki kemampuan dan sifat sebagai berikut:
a. Memiliki sejenis membrane yang mampu
memisahkan ikatan-ikatan kompleks yang terbentuk dengan molekul-molekul organic
yang terdapat disekelilingnya.
b. Memiliki kemampuan untuk menyerap
dan megeluarkan molekul-molekul dari dank e sekelilingnya.
c. Memiliki kemampuan untuk
memanfaatkan molekul-molekul yang diserap sesuai dengan pola-ppola ikatan yang
didalamnya.
d. Mempunyai kemampuan untuk memisahkan
bagian-bagian dari ikatan-ikatannya. Kemampuan semacam ini oleh para ahli
dianggap sebagai kemampuan untuk berkembang biak yang pertama kali.
Senyawa kompleks dengan sifat-sifat
tersebut diduga sebagai kehidupan yang pertama kali terbentuk. Jadi senyawa
kompleks yang merupakan perkembangan dari sop purba tersebut memiliki
sifat-sifat hidup seperti nutrisi, ekskresi, maupun metabolism, dan mempunyai
kemampuan memperbanyak diri atau reproduksi. Teori evolusi Biologi ini banyak
diterima oleh para ilmuwan. Namun, tidak sedikit ilmuwan yang membantah tentang
interaksi molekul secara acak yang dapat menjadi awal terbentuknya organisme
hidup.
Teori
Kreasi Khas
Teori
ini menyatakan bahwa kehidupan diciptakan oleh zat supranatural (Ghaib) pada
saat yang istimewa.
Teori
Keadaan Mantap
Teori
ini menyatakan bahwa kehidupan tidak berasal-usul.
Teori
Penciptaan Khusus
Teori
ini mengatakan bahwa segala sesuatu
diciptakan oleh Tuhan. Segala spesies mahluk hidup yang sekarang sudah
aada sejak dahulu dan diciptakan sendiri-sendiri sebagaimana adanya saat ini.
Kelemahan teori ini adalah minimnya data dan bukti adanya penciptaan manusia
dan tidak dapat dibuat eksperimentnya. Tentunya teori ini dianut oleh para
orang-orang yang beriman kepada Tuhan dan sepertinya kurang sejalan dengan
teori yang lain.
BAB
III : KESIMPULAN
Teori
evolusi kimia dan teori evolusi biologi banyak pendukungnya, namun baru teori
evolusi kimia yang telah dibuktikan secara eksperimental, sedangkan teori
evolusi biologi belum ada yang menguji secara eksperimental.
Seandainya
apa yang dikemukakan dua teori tersebut
benar, tetapi belum mampu menjelaskan bagaimana dan darimana kehidupan
di planet Bumi ini pertama kali muncul. Yang perlu diingat bahwa kehidupan
adalah tidak hanya mengangkut masalah replica (pengendalian diri) atau masalah
kehidupan biologis saja, tetapi juga menyangkut masalah kehidupan rohani. Teori
tentang asal-usul kehidupan yang menyatakan organism pertama kali terbentuk
dilautan bisa dipahami dari sudut biologi, karena molekul-molekul organic yang
merupakan sop purba itu tertumpuk dilaut.