Salam sejahtera bagi kamu semua ^,^

Salam sejahtera bagi kamu semua ^,^ Terima kasih telah berkunjung ke blog saya. Semoga blog ini bermanfaat yaa buat kamu yang sudah berkunjung. Selamat membaca :)

Minggu, 27 Oktober 2013

Teori Kehidupan



BAB I : PENDAHULUAN
Sejak permulaan sejarah orang bertanya dalam hati, bagaimana kehidupan muncul pertama kali. Pada suatu waktu kebanyakan orang percaya bahwa kehidupan di muka bumi ini diciptakan. Sebagian orang percaya hal itu, tetapi anggapan para ilmuwan adalah sebaliknya. Mereka percaya bahwa bentuk kehidupan pertama sangat sederhana. Sebelum datangnya ilmu pengetahuan, orang mengandalkan kejadian-kejadian supernatural untuk menerangkan asal-usul kehidupan. Mengenai hal ini orang percaya pada iman. Mereka tidak dapat diteliti oleh percobaan.
Fenomena mengenai asal-usul kehidupan menjadi bahan pemikiran para ilmuwan. Mereka memecahkan teka-teki tersebut dengan berbagi eksperiment. Tujuannya untuk mengetahui lebih jelas teori yang mendukung asal-usul kehidupan dan mahluk hidup, bagaimana kehidupan dimuka bumi ini, pertama kali terjadi.
Berikut ini dijelaskan beberapa teori-teori tentang asal-usul kehidupan.

BAB II : PEMBAHASAN
Macam-macam teori asal-usul kehidupan:

1.      Teori Kreasi khas
“mahluk hidup berasal dari zat supranatural”
2.      Teori Abiogenesis
      “Mahluk hidup berasal dari benda mati”                         
3.      Teori Biogenesis
“Mahluk hidup berasal dari mahluk hidup”                     
4.      Teori Kosmozoan
“Mahluk hidup berasal dari benda-benda langgit”          
5.      Teori keadaan mantap
“Mahluk hidup tidak berasal-usul”                                  
6.      Teori Neo Abiogenesis
1). Teori Abiogenesis        Tokohnya: Aristoteles
    “mahluk hidup berasal dari zat supranatural”
2). Teori Biogenesis          Tokohnya: Fransisco Ready, Lazzaro Spalanzany, Louis Pasteur
         Tujuan teori ini adalah untuk menggugurkan teori abiogenesis,
      Kesimpulannya:
            1. “Omne vivum ex ovo”        mahluk hidup berasal dari telur
            2. “Omne ovum ex vivo”        telur berasal dari mahluk hidup
            3. “Omne vivum ex vivo”       mahluk hidup berasal dari mahluk hidup lainnya.
      Teori Neo abiogenesis Tokohnya: Alexander Oparin. Harold Urey, Stanley Miller



Teori Abiogenesis
Tokoh teori abiogenesis adalah Aristoteles (384 – 322 SM).
Dia adalah seorang filosof dan tokoh ilmu pengetahuan Yunani kuno.
Teori abiogenesis ini menyatakan bahwa mahluk hidup yang pertama kali menghuni bumi ini berasal dari benda mati.
Sebenarnya Aristoteles mengetahui bahwa telur-telur ikan apabila menetas akan menjadi ikan yang sifatnya sama seperti induknya. Walau demikian Aristoteles berkeyakinan bahwa ada ikan yang berasal dari lumpur.
Bagaimana cara terbentuknya mahluk tersebut?
Menurut pengannut paham Abiogenesis, mahluk hidup tersebut terjadi begitu saja atau secara spontan. Oleh sebab itu paham atau teori abiogenesis ini disebut juga paham generation spontaneae.
Jadi kalau pengertian abiogenesis dan generation spontaneae, kita gabungkan, maka pendapat paham tersebut adalah mahluk hidup yang pertama kali di bumi tersebut dari benda mati / tak hidup yang terjadi secara spontan, misalnya :
1.      Ikan dan katak yang berasal dari lumpur
2.      Cacing berasal dari tanah, dan
3.      Belatung berasal dari daging yang membusuk.
Paham abiogenesis berlangsung cukup lama yaitu semenjak zaman Yunani kuno (ratusan tahun sebelum masehi) hingga pertengahan abad ke-17.
Pada pertengahan abad ke-17, Antonie Van Leeuwenhoek menemukan mikroskop sederhana yang dapat digunakan untuk mengamati benda-benda aneh yang amat kecil yang terdapat pada setetes air rendaman jerami. Oleh para pendukung paham abiogenesis, hasil pengamatan Antonie Van Leeuwenhoek ini seolah-olah memperkuat pendapat mereka.
 
Teori Biogenesis
Walaupun bertahan selama ratusan tahun, tidak semua orang membenarkan paham abiogenesis. Orang-orang yang ragu terhadap kebenaran paham abiogenesis tersebut terus mengadakan penelitian memecahkan maslah tentang asal-usul kehidupan. Orang-orang yang tidak puas terhadap pandangan Abiogenesis itu antara lain Fransesco Redi (Italia, 1626 - 1799) dan Louis Pasteur (Prancis, 1822 - 1895). Berdasarkan hasil penelitian dari tokoh-tokoh ini, akhirnya paham Abiogenesis / generation spontaneae menjadi pudar karena paham tersebut tidak dapat dipertanggung jawabkan kebenarannya.
a.       Percobaan Fransesco Redi
Untuk menjawab keragu-raguannya terhadap paham abiogenesis, Fransesco Redi mengadakan percobaan. Pada percobaannya Redi menggunakan bahan tiga kerat daging dan tiga toples, selengpaknya:
Stoples I diisi dengan kerat daging dan ditutup rapat-rapat. Stoples II diisi dengan sekerat daging dan dibiarkan tetap terbuka. Stoples III diisi dengan sekerat daging dan dibiarkan tetap terbuka. Selanjutnya ketiga stoples tersebut diletakkan pada tempat yang aman. Setelah beberap hari, keadaan daging dalam ketiga stoples tersebut diamati.
Stoples I : daging tidak busuk dan pada daging ini tidak ditemukan jentik/larva atau belatung lalat. Stoples II : daging tampak membusuk dan didalamnya ditemukan banyak larva atau belatung lalat.
Berdasarkan hasil percobaan tersebut, Fransesco Redi menyimpulkan bahwa larva atau belatung yang terdapat dalam daging busuk di stoples II dan III bukan terbentuk dari daging yang membusuk, tetapi berasal dari telur lalat yang ditinggal pada daging ini ketika lalat tersebut hinggap disitu. Hal ini akan lebih jelas lagi, apabila melihat keadaan pada stoples II, yang tertutup kain kasa. Pada kain kasa penutupnya ditemukan lebih banyak belatung. Tetapi pada dagingnya yang membusuk belatung relative membusuk.
b.      Percobaan  Lazzaro Spalanzany
Seperti halnya Fransesco Redi, Spalanzany juga menyangsikan kebenaran paham abiogenesis. Oleh karena itu, dia mengadakan percobaan yang pada prinsipnya sama dengan percobaan Fransesco Redi, tetapi langkah percobaan Spalanzany lebih sempurna.
Sebagai bahan percobaanya, ia menggunakan air kaldu atau air rebusn daging dan dua buah labu. Selengkapnya:
Labu pertama diisi air 70cc air kaldu, kemudian dipanaskan 15 derajat celcius selama beberapa menit dan dibiarkan tetap terbuka.
Labu kedua diisi dengan 70cc air kaldu, ditutup rapat-rapat dengan sumbat gabus. Pada daerah pertemuan antara gabus dengan mulut labu diolesi paraffin cair agar rapat benar. Selanjutnya labu dipanaskan. Selanjutnya labu I dan II didinginkan. Setelah dingin keduanya diletakkan pada tempat terbuka yang bebas dari gangguan hewan dan orang. Setelah lebih kurang satu minggu, diadakan pengamatan terhadap keadaan air kaldu pada kedua labu tersebut.
Hasil percobaannya, Labu I : air kaldu mengalami perubahan, yaitu airnya menjadi bertambah keruh dan baunya menjadi tidak enak. Setelah diteliti air kaldu pada labu ini mengandung banyak mikroba.
Labu II : air kaldu labu ini tidak mengalami perubahan, airnya tetap jernih seperti semula, baunya juga tetap serta tidak mengandung mikroba. Tetapi, apabila labu ini dibiarkan terbuka lebih lama lagi, ternyata juga banyak mengandung mikroba, airnya berubah menjadi lebih keruh serta baunya menjadi tidak enak.
Berdasarkan hasil percobaan tersebut, Lazzaro Spalanzany menyimpulkan bahwa mikroba yang ada didalam kaldu tersebut bukan berasal dari air kaldu (benda mati), tetapi berasal kehidupan diudara. Jdi, adanya pembusukan karena telah terjadi kontaminasi mikroba dari udara kedalam air kaldu tersbut.
c.       Percobaan Louis Pasteur (1822 - 1895)
Dalam menjawab keraguannya dalam paham abiogenesis. Pasteur melaksanakan percobaan untuk menyempurnakan percobaan Lazzaro Spalanzany. Dalam percobaanya Pasteur menggunakan air kaldu denagn alat labu, selngkapnya:
Labu diisi 70cc air kaldu, kemudian ditutup rapat-rapat dengan gabus. Celah antara gabus dengan mulut labu diolesi dengan paraffin cair. Setelah itu pada gabus tersebut dipasang pipa kaca berbentuk leher angsa. Lalu labu dipanaskan atau disterilkan. Selanjutnya labu didinginkan dan diletakkan ditempat yang aman. Setelah beberapa hari, keadaan air kaldu diamati. Ternyata air kaldu tersebut tetap jernih dan tidak menggandung mikroorganisme. Kemudian dimiringkan sampai air kaldu didalamnya mengalir kepermukaan pipa hingga bersentuhan dengan udara. Setelah itu labu diletakkan kembali ditempat yang aman selama beberapa hari. Kemudian keadaan air kaldu diamati lagi. Ternyata air kaldu didalam labu menjadi busuk dan banyak mengandung mikroorganisme. Melalui pemanasan terhadap perangkat percabaannya, seluruh mikroorganisme yang terdapat dalam air kaldu akan mati. Dismping itu akibat lain dari pemanasdan adalah terbentuknya uap air pada pipa kaca berbentuk leher angsa. Apabila perangkat percobaan tersebut didinginkan, maka air pada pipa akan mengembun dan menutup lubang pipa tepat pada bagian yang berbentuk leher. Hal ini akan menyebabkan terhambatnya mikroorganisme yang bergentayangan diudara untuk masuk kedalam labu. Inilah yang menyebabkan tetap jernihnya air kaldu pada labu tadi. Pada saat sebelum pemanasan, udara bebas tetap dapat berhubungan dengan ruangan dalam labu. Mikroorganisme yang masuk bersama udara akan mati pada saat pemanasan air kaldu. Setelah labu dimiringkan hingga air kaldu sampai kepermukaan piapa, air kaldu itu akan bersentuhan denagn udara bebas. Disini terjadilah kontaminasi organism. Ketika labu dikembalikan ke posisi semula, mikroorganisme tadi ikut terbawa masuk. Sehingga, setelah labu dibiarkan beberapa waktu, air kaldu menjadi keruh karena adanya pembusukan melalui mikroorganisme tersebut. Dengan demikian terbuktilah ketidakbenaran paham Abiogenesis yang menyatakan bahwa mahluk hidup berasal dari benda mati yang terjadi secara spontan.
Berdasarkan hasil percobaan Redi, Spalanzany, dan Pasteur tersebut, maka tumbanglah paham Abiogenesis dan muncullah paham/teori baru tentang asal-usul mahluk hidup yang dikenal dengan teori Biogenesis. Kesimpulannya:
            1. “Omne vivum ex ovo”        mahluk hidup berasal dari telur
            2. “Omne ovum ex vivo”        telur berasal dari mahluk hidup
                        3. “Omne vivum ex vivo”       mahluk hidup berasal dari mahluk hidup lainnya.

Teori Kosmozoa
Arhenius (1911)  menyatakan bahwa kehidupan pertama dimulai dari spora-spora, kehidupan yang bersama-sama dengan partikel debu alam disebarkan dari satu tempat ke tempat lain, dibawah pengaruh sinar matahari. Tetapi teori ini tidak memperhitungkan adanya temperature yang begitu dingin dan juga sangat panas dan sinar-sinar yang mematikan yang terdapat di angkasa luar, seperti sinar kosmis, sinar ultraviolet, dan sinar infra merah.
      Teori kosmozoa menerangkan bahwa kehidupan berasal dari tempat lain di alam semesta, misalnya dari meteor yang jatuh. Beberapa meteor memang menggandung molekul-molekul organik, namun datangnya molekul di meteor tersebut dari luar angkasa tidak sama dengan datangnya kehidupan. Meskipun molekul organik dapat menahan ganasnya ruang antar planet dan perjalanan melalui atmosfer bumi. Contoh lain adalah kehidupan di bumi berasal dari kehidupan luar angkasa. Hal tersebut diperkuat dengan hasil penelitian dari peninggalan peradaban inca. Pada peninggalan itu terdapat pyramid yang diatasnya terdapat hiasan tembikar dewa dan pesawat serta penggalan model tata surya matahari yang sangat teliti. Namun teori kosmozoa sebenarnya tidak menjawab pertanyaan mengenai asal-usul kehidupan.

Teori Evolusi Kimia
Teori ini menyatakan bahwa kehidupan didunia ini muncul berdasarkan hukum Fisika Kimia.
Teori Urey / evolusi kimia berawal dari ketidakpuasan ilmuwan terhadap apa yang dikemukakan para tokoh teori Abiogenesis maupun Biogenesis mendorong para ilmuwan lain untuk terus mengadakan penelitian tentang asal-usul kehidupan. Antara pakar-pakar tersebut antara lain: Harold Urey, Stanley Miller, dan A.I. Oparin, mereka berpendapat bahwa organisme terbentuk pertama kali di bumi ini  berupa mahluk bersel satu. Selanjutnya mahluk tersebut mengalami evolusi menjadi berbagai jenis mahluk hidup seperti protozoa, porifera, Coelenterata, Mollusca, dan lain-lain.
Para pakar biologi, astronomi, dan geologi sepeakat, bahwa planet bumi ini terbentuk kira-kira antara 4,5 – 5 miliar tahun yang lalu. Keadaan pada saat awal terbentuknya sangat berbeda dengan keadaan saat ini. Pada saat itu suhu planet bumi diperkirakan 4.000-8.000C. pada saat mulai mendingin, senyawa karbon serta beberapa unsure logam mengembun membentuk inti bumi, sedangkan permukaannya tetap gersang, tandus dan tidak datar. Karena adanya kegiatan vulkanik, permukaan bumi yang masih lunak tersebut bergerak dan berkerut terus-menerus. Ketika mendingin, kulit bumi tampak melipat-lipat dan pecah. Pada saat itu, kondisi atmosfer bumi juga berbeda dengan kondisi saat ini. Gas-gas ringan seperti Hidrogen (H2), Nitrogen (N2), Oksigen (O2), Helium (H2), dan Argon (Ar) lepas meninggalkan bumi karena gaya gravitasi bumi tidak mampu menahannya. Ketika suhu atmosfer turun sekitar 1000c terjadilah hujan air mendidi. Peristiwa ini berlangsung selama ribuan tahun. Dlam keadaaan semacam ini pasti bumi belum dihuni kehidupan. Namun kondisi semacam ini memungkinkan berlangsungnya reaksi kimia, karena terjadinya zat (materi) dan energy yang berlimpah.
a.       Teori evolusi kima menurut Harold Urey (1893)
Harold Urey adalah ahli kimia berkebangsaan Amerika Serikat. Dia menyatakan bahwa pada suatu saat atmosfer bumi kaya akan molekul zat seperti metana (CH4), Uap air (H2O), Amonia (NH2), dan Karbondioksida (CO2) yang semuanya berbentuk uap. Karena adanya pengaruh energy radiasi sinar kiosmis serta aliran listrik halilintar terjadilah reaksi diantara zat-zat tersebut menghasilkan zat-zat hidup. Menurut Urey, zat hidup yang pertama kali terbentuk mempunyai susunan menyerupai virus saat ini. Zat hidup tersebut salama berjuta-juta tahun mengalami perkembangan menjadi berbagai jenis mahluk hidup.
b.      Eksperimen Stanley Miller
Miller adalah murid Harold Urey yang juga tertarik terhadap masalah asal-usul kehidupan. Didasarkan tentang informasi keadaan planet bumi saat awal terbentuknya, yakni tentang keadaan suhu, gas-gas yang terdapat pada atmosfer waktu itu, dia mendisain model alat laboratorium sederhana yang dapat digunakan untuk membuktikan hipotesis Harold Urey.
Kedalam alat yang diciptakannya, Miller memasukan gas hydrogen, metana, Amonia, dan air. Alat tersebut juga dipanasi selama seminggu, sehingga gas-gas tersebut dapat bercampur didalamnya. Sebagaii pengganti aliran listrik halilintar, Miller mengaliri perangkat alat tersebut dengan loncatan listrik bertegangan tinggi. Adanya aliran listrik tegangan tinggi tersebut menyebabkan gas-gas dalam alat Miller bereaksi membentuk suatu zat baru. Kedalam perangkat juga dilakukan pendingin, sehingga gas-gas hasil reaksi dapat mengembun. Pada akhir minggu, hasil pemeriksaan terhadap air yang tertampung dalam perangkap embun dianalisis secara kosmografi. Ternyata air tesebut menggandung senyawa organic sederhana, seperti asam amino, adenine, dan gula sederhana seperti ribose. Eksperiment Miller ini dicoba beberapa pakar lain, ternyata hasilnya sama. Bila dalam perangkat eksperimen tersebut dimasukan fosfat, ternyata zat-zat yang dihasilkan mengandung ATP, yakni suatu senyawa yang berkaitan dengan transfer energi dalam kehidupan. Eksperimen Miller dapat memberikan petunjuk bahwa satuan-satuan kompleks didalam system kehidupa seperti Lipida, Karbohidrat, Asam amino, Protein, Mukleotida, dan lain-lainnya dapat terbentuk dalam kondisi Abiotik. Teori yang terus diuji berulang kali ini diterima oleh para ilmuwan secara luas. Namun, hingga kini masalah utama tentang assal-usul kehidupan tetap merupakan rahasia alam yang belum terjawab. Hasil yang mereka buktikan barulah mengetahui terbentuknya senyawa organic secara bertahap yakni dimulai dari bereaksinya gas-gas diatmosfer purba dengan energi listrik halilintar. Selanjutnya semua senyawa tersebut bereaksi membentuk senyawa yang lebih kompleks dan terkurung dilautan. Akhirnya membentuk senyawa yang merupakan komponen sel.  

Teori Biologi / Naturalistik
Alexander Oparin adalah ilmuwan Rusia. Oparin menyatakan bahwa pada suatu ketika atmosfer bumi kaya akan senyawa uap air, CO2, CH4, NH3, dan Hidrogen. Karena adanya energy radiasi benda-benda angkasa yang amat kuat, seperti sinar Ultraviolet, memungkinkan senyawa-senyawa sederhana tersebut membentuk senyawa organic atau senyawa hidrokarbon yang lebih kompleks. Proses reaksi tersebut berlangsung di lautan. Senyawa kompleks yang mula-mula terbentuk diperkirakan senyawa seperti Alkohol, dan senyawa asam amino yang paling sederhana. Seama berjuta-juta tahun senyawa sederhana tersebut bereaksi membentuk senyawa yang lebih kompleks, Gliserin, Asam organik, Purin dan Primidin. Senyawa kompleks tersebut merupakan bahan pembentuk sel. Menurut OParin, senyawa kompleks tersebut sangat melimpah dilautan maupun dipermukaan daratan. Adanya energy yang berlimpah misalnya sinar Ultraviolet, dalam jangka waktu yang amat panjang memungkinkan lautan menjadi timbunan senyawa organic yang merupakan sop purba atau sop Primodial. Senyawa kompleks yang tertimbun membentuk sop purba dilautan tersebut selanjutnya berkembang sehingga memiliki kemampuan dan sifat sebagai berikut:
a.       Memiliki sejenis membrane yang mampu memisahkan ikatan-ikatan kompleks yang terbentuk dengan molekul-molekul organic yang terdapat disekelilingnya.
b.      Memiliki kemampuan untuk menyerap dan megeluarkan molekul-molekul dari dank e sekelilingnya.
c.       Memiliki kemampuan untuk memanfaatkan molekul-molekul yang diserap sesuai dengan pola-ppola ikatan yang didalamnya.
d.      Mempunyai kemampuan untuk memisahkan bagian-bagian dari ikatan-ikatannya. Kemampuan semacam ini oleh para ahli dianggap sebagai kemampuan untuk berkembang biak yang pertama kali.
Senyawa kompleks dengan sifat-sifat tersebut diduga sebagai kehidupan yang pertama kali terbentuk. Jadi senyawa kompleks yang merupakan perkembangan dari sop purba tersebut memiliki sifat-sifat hidup seperti nutrisi, ekskresi, maupun metabolism, dan mempunyai kemampuan memperbanyak diri atau reproduksi. Teori evolusi Biologi ini banyak diterima oleh para ilmuwan. Namun, tidak sedikit ilmuwan yang membantah tentang interaksi molekul secara acak yang dapat menjadi awal terbentuknya organisme hidup.

Teori Kreasi Khas
Teori ini menyatakan bahwa kehidupan diciptakan oleh zat supranatural (Ghaib) pada saat yang istimewa. 

Teori Keadaan Mantap
Teori ini menyatakan bahwa kehidupan tidak berasal-usul.

Teori Penciptaan Khusus
Teori ini mengatakan bahwa segala sesuatu  diciptakan oleh Tuhan. Segala spesies mahluk hidup yang sekarang sudah aada sejak dahulu dan diciptakan sendiri-sendiri sebagaimana adanya saat ini. Kelemahan teori ini adalah minimnya data dan bukti adanya penciptaan manusia dan tidak dapat dibuat eksperimentnya. Tentunya teori ini dianut oleh para orang-orang yang beriman kepada Tuhan dan sepertinya kurang sejalan dengan teori yang lain.


BAB III : KESIMPULAN
Teori evolusi kimia dan teori evolusi biologi banyak pendukungnya, namun baru teori evolusi kimia yang telah dibuktikan secara eksperimental, sedangkan teori evolusi biologi belum ada yang menguji secara eksperimental.
Seandainya apa yang dikemukakan dua teori tersebut  benar, tetapi belum mampu menjelaskan bagaimana dan darimana kehidupan di planet Bumi ini pertama kali muncul. Yang perlu diingat bahwa kehidupan adalah tidak hanya mengangkut masalah replica (pengendalian diri) atau masalah kehidupan biologis saja, tetapi juga menyangkut masalah kehidupan rohani. Teori tentang asal-usul kehidupan yang menyatakan organism pertama kali terbentuk dilautan bisa dipahami dari sudut biologi, karena molekul-molekul organic yang merupakan sop purba itu tertumpuk dilaut.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar